PACITAN: Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur optimistis industri batik khas lorok yang diagendakan pemerintah menjadi produk unggulan daerah yang dioptimalkan melalui metode one village one product (OVP) akan tercapai.
Indartarto, Bupati Pacitan, menjelaskan, batik diprioritaskan pengembangannya, karena sudah menjadi warisan budaya Indonesia. Batik khas Pacitan bahkan memiliki keunggulan kompetitif dari sisi warna, karena menggunakan bahan alami dari akar-akaran dan kulit kayu.
”Produk batik dengan pewarnaan alami memiliki prospek yang cukup baik di samping produk lain yang cukup potensial di kawasan Pacitan. Namun, perkembangannya yang masih perlu dioptimalkan, karena ada yang masih memperihatinkan,” ujar Indartarto pada acara peluncuran batik Pacitan melalui program OVOP, hari ini.
Saat ini unit usaha perajin batik yang lebih terkonsentrasi di Dusun Lorok, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan terdiri dari 134. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 287 orang. Sedangkan nilai investasinya mencapai Rp3,4 miliar.
Agar produk batik Lorok dari Pacitan optimal, Kementerian Koperasi dan UKM memfasilitasinya dengan metode OVOP. Program ini mengarah pada peningkatan dan pengembangan komoditas unggulan daerah. Terutama untuk mmasuk pasar internasional.
Dengan sistem pewarnaan alami dari akar-akaran dan kulit kayu, tampilan batik dari daerah ini terkesan lembut. Meski demikian, produk yang dihasilkan sementara ini masih mengarah pada pemakaian tradisional, dan belum dijadikan sebagai produk fesyen seperi baju.
Melalui OVOP, batik Pacitan diharapkan bisa meningkat serta member inilai tambah kepada perajin. Batik Pacitan sebenarnya sudah dipamerkan dan dipasarkan di Gallery UKM Indonesia di Gedung Smesco UKM, Jakarta Selatan.
Sesuai prinsip OVOP, yakni local but global, maka Kementerian Koperasi dan UKM berpran aktif mengoptimalkan produk batik dari Pacitan. Instansi ini juga melakukan perkuatan pembiayaan kepada bebera koperasi setempat untuk meningkatkan permodalan.
Selain batik, komoditas lain yang ditingkatkan kualitas dan pemasarannya adalah, batu aji, gula merah, olahan ikan, produk gerabah, kerajinan olahan kayu, ketela hingga kerajinan anyaman bambu.
”Jumlah koperasi di seluruh Pacitan 391 unit, dan jumlah anggota sekitar 65.000. Total modal kerja mereka sekitar Rp66 miliar, namun dari kegiatan ekonomi mereka belum berjalan bagus, karena nilai pinjaman masyarakat masih lebih besar dibandingkan dengan simpanan di perbankan,” ujar Indartarto. (htr)
0 comments:
Post a Comment