Saturday 16 April 2011

Pacitan (seni)


PACITAN (Jurnalberita.com) – Seni bisa terhadap ruang dan waktu. Hal itu pula yang mendorong sejumlah seniman jalanan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Jatim) menorehkan gambar-gambar dinamisasi kehidupan pada ruang terbuka dalam bentuk lukisan mural. Mulai sekedar seni menulis sampai kritik sosial. Meski masih terbatas, tetapi gerakan moral dalam bentuk visual itu paling tidak mulai bisa menggugah sisi lain ekspresi sosial.

Seperti yang dilakukan oleh Pacitan Street Art (PASTA) Community di salah satu sudut jalan protokol kota, tepatnya di Jalan Panglima Sudirman. Beberapa gambar dengan kombinasi warna mencolok terlihat menggoda mata. Betapa tidak, dalam frame-frame terlukis gambar unik sekaligus menggelitik.

Mural petani dengan kostum tokoh superhero Superman misalnya, pelukis seolah mencoba mencurahkan kegundahan hatinya atas “peminggiran” profesi petani akibat kemajuan jaman. Pekerjaan sebagai petani, dimata mereka, kini tak lagi menjadi sebuah kebanggaan masyarakat, khususnya kaum muda. Sebab, mereka lebih memilih pekerjaan yang terkesan mentereng dan jauh dari kesan kotor. Padahal, diakui atau tidak, kontribusi petani terhadap ketersediaan pangan nasional cukup besar.

Dibandingkan daerah lain, seni mural di kota ujung tenggara Jatim ini, terbilang lambat perkembangannya. Jauh bila disandingkan dengan Solo, Jawa Tengah atau Yogyakarta. Didik Danardono, salah seorang pegiat seni mural mengatakan, mulai menggeliatnya seni corat-coret tembok berawal dari kenyataan banyaknya potensi anak muda setempat dalam kreativitas seni menggambar.



Pacitan Street Art (PASTA) Community. (jbc15/jbc)

Tetapi, selama ini curahan hati dan ide itu masih dilakukan di sembarang tempat tanpa mempertimbangkan segi etika dan estetika. “Perlu sebuah sarana untuk mewadahi teman-teman yang tertarik dengan street art,” katanya.

Hal serupa juga disuarakan Akbar Sugiarto, seorang pelaku street art. Ulah isengnya menggambar atau menulis pada sembarang tempat berbanding terbalik dengan harapannya. Bukan apresiasi yang didapat, tetapi omelan dari tetangga kerap menyapa di telinga. Karena itu, ia berharap munculnya semacam komunitas seniman jalanan bisa membuat pemerintah kabupaten menjadi lebih “ramah”. “Utamanya masalah perijinan dan plot lokasi,” ungkap dia.

Terkait dengan ketersediaan lokasi dan regulasi berada ditangan pemangku pemerintahan. Cara pandang yang sempit dan kaku hanya akan menyingkirkan mereka dari hiruk pikuknya jaman. Tetapi, jika manajemen atas seni dan unsur-unsurnya dilakukan secara baik dan bijak, bukan mustahil hal itu akan manjadi salah satu aset berharga, utamanya wisata seni. Muaranya tentu pada pendapatan daerah. Terlebih, Pacitan menjadi salah satu daerah yang getol berjuang mendapatkan tambahan pendapatan dari pariwisata.

0 comments: